Kamis, 31 Mei 2012
DETIK DETIK ROSULULLAH MENJELANG WAFAT
Kata Ibnu Mas’ud: “Tatkala Rasullulah SAW., telah
mendekati ajalnya Beliau mengumpulkan kami sekalian
di kediaman Aisyah ra. Kemudian beliau
memperhatikan kami sekalian sehingga berderailah air
matanya dan, Beliau bersabda: “Selamat datang untuk
kamu sekalian, dan mudah-mudahan kamu sekalian di balas-kasihani Allah. Saya berwasiat supaya kamu
sekalian bertaqwa kepada Allah serta mentaati-Nya.
Sesungguhnya telah dekat perpisahan di antara kita,
dan telah pula saat kembali pulang kepada Allah Taala
dan menempati sorga-Nya.. Kalau telah datang saat
ajalku, hendaklah Ali yang memandikan ku, Fadhal bin Abbas yang menuangkan air dan Usamah bin Zaid yang
bertindak menolong keduanya. Lalu kafanilah aku
dengan pakaianku sendiri bila itu kamu semua
kehendaki atau dengan kain Yaman yang putih. Bila
kamu sekalian akan memandikan aku, maka
letakkanlah aku di atas balai tempat tidur ku di rumah ku ini.dekat dengan liang lahad ku. Sesudah itu
keluarlah kamu sekalian barang sejenak meninggalkan
aku. Pertama-tama yang menyalatkan aku adalah Allah
‘Azza Wa Jalla. Kemudian Malaikat Jibril, kemudian
Malaikat Israil, lalu Malaikat Mikail, kemudian Malaikat
pencabut nyawa (Malaikat Izrail) beserta para pembantunya, selanjutnya semua Malaikat. Setelah itu
masuklah kamu sekalian dengan berkelompok-
kelompok dan lakukan shalat untuk ku”
Setelah mendengar ucapan perpisahan Nabi saw
mereka (para Sahabat) saling menangis seraya
berkata, ” Wahai Rasullullah engkau adalah seorang utusan untuk kami sekalian, menjadi kekuatan dalam
pertemuan kami dan selaku penguasa yang mengurus
perkara kami, bilamana engkau telah pergi, kepada
siapakah kami kembali dalam segala persoalan?” Rasullullah saw bersabda: “Telah ku tinggalkan padamu sekalian pada jalan yang benar dan di atas
jalan yang terang dan telah ku tinggalkan pula untuk
kamu sekalian dua penasehat yang satu pandai
berbicara dan yang satu diam saja. Yang pandai bicara
adalah Al-Quran dan yang diam saja adalah Ajal (maut).
Apabila ada persoalan yang sulit bagimu, maka kembalilah kamu sekalian kepada Al-Quran dan
Sunahku dan kalau hatimu keras membatu, maka
lunaklah dia dengan mengingat tentang mati.” Setelah itu, maka Rasullullah saw, menderita
sakit, mulai akhir bulan Safar selama 18 hari dan
sudah sering di tengok oleh para sahabat.
Sedang penyakit yang di derita mulai pertama
kali sampai akhir hayatnya adalah pusing
kepala. Rasullullah saw mulai di utus pada hari Senin dan wafatnya pun pada hari Senin juga.
Tatkala pada Senin, penyakitnya bertambah
berat, maka setelah Bilal selesai Adzan Subuh ,
dia menghampiri pintu rumah Rasullullah saw
sambil mengucapkan salam: “Assalamu ‘ alaika ya Rasullullah!” Fatimah menjawab: “wa’alaikassalam” lalu berkata: “Rasullullah masih sibuk dengan dirinya sendiri” Bilal terus masuk ke masjid dan dia tidak
memahami makna kata-kata Fatimah. Ketika
waktu subuh semangkin terang. Bilal datang
kembali menghampiri pintu rumah Rasullullah
saw dan mengucapkan salam seperti semula
dan Rasullulah saw yang mendengar suara Bilal itu, maka beliau bersabda: “Masuklah Hai Bilal, sungguh aku dalam keadaan sibuk mengurus diriku
sendiri dan penyakitku rasa-rasanya bertambah-tanbah
berat. Maka suruhlah Abu Bakar agar shalat berjemaah
dengan orang-orang yang hadir” Bilal pun keluar sambil menangis dan
meletakkan tangannya di atas kepalanya seraya
mengeluh: “Aduhai musibah, susah sungguh, harapan terputus, telah terpenggal hilang sasaran
tujuan, seandainya ibuku tidak melahirkan aku” Bilal terus masuk masjid seraya berkata: “Hai sahabat Abu Bakar, sesungguhnya Rasullullah
menyuruh engkau shalat berjemaah dengan yang
hadir, karena beliau sibuk dalam mengurus dirinya
yang sedang sakit” Tatkala Abu Bakar melihat mihrab imam kosong
serta Nabi saw tidak hadir, maka tidak tertahan
dirinya lalu menangis dan jatuh tersungkur
akibat pingsan, maka ributlah kaum Muslimin
yang ada , sehingga Rasullullah saw yang
mendengar keributan mereka dan bersabda: “Ya Fatimah. Ada apakah jeritan itu dan ada apakah di
sana ribut?” Fatimah menjawab: “Keributan di sana itu adalah di antara kaum Muslimin sendiri, kerana
engkau tidak ada” Maka Rasullullah memanggil Ali dan Fadhal bin
Abbas yang kemudian beliau bersandar dengan
keduanya serta ke Mesjid lalu shalat bersama-
sama dengan dua raka’at Fajar di hari Senin
tersebut. Selesai shalat beliau berpaling ke
belakang kepada orang banyak dan berkata: “Hai Muslimin, kalian semua di dalam pemeliharan dan
pertolongan Allah. Oleh sebab itu taqwalah kepada
Allah serta taatilah Dia, sesungguhnya saya akan
meninggalkan dunia ini dan hari ini hari pertama ku di
akhirat dan hari terakhirku di dunia” Lalu beliau bangkit serta pulang ke rumah.
Kemudian Allah Ta’ala memberi perintah
kepada Malaikat pencabut nyawa: “Turunlah engkau menemui kekasih-Ku dengan sebaik-baik rupa
serta lakukanlah dengan halus di dalam mencabut
rohnya, kalau dia mengizinkan maka masuklah, dan
kalau dia tidak mengizinkan maka janganlah masuk
dan pulang lah” Maka Malaikat maut pun turun dengan rupa
seperti orang Arab Badui pergunungan seraya
mengucapkan: “Mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu sekalian, wahai penghuni rumah kenabian
dan sumber risalah, apakah saya boleh masuk?” Fatimah menjawabnya: “Hai hamba Allah sesungguhnya Rasullullah sedang sibuk dengan
penderitaan sakitnya.” Dan Malaikat maut memanggil untuk kedua kali
dengan ucapan: “Mudah-mudahan keselamatan tetap untuk kamu wahai Rasullullah dan untuk semua
penghuni rumah Kenabian” Maka Rasullullah mendengar suara Malaikat
maut tersebut lalu bersabda: “Masuklah wahai Malaikat maut” Maka Malaikat mautpun masuk sambil mengucapkan, “Assalammu’alaika yaa Rasullullah” Rasullullah saw menjawab, Wa’alaikassalamu, Hai Malaikat maut, engkau datang
untuk berkunjung atau mencabut nyawa?” Kata Malaikat maut: “Saya datang untuk berkunjung dan untuk mencabut nyawa, seandainya
engkau mengizinkan, kalau tidak maka saya akan
kembali pulang.”
Bersabda Rasullullah: “Hai Malaikat maut, di mana
Jibril engkau tinggalkan?” Malaikat maut berkata,
“Dia saya tinggalkan di langit dunia, dan para Malaikat sedang berbela sungkawa kepadamu”
Tidak lama kemudian Malaikat Jibril as turun dan duduk
di sisi kepala Rasullullah saw. Kata Rasullullah:
“Tahukah engkau kalau ajalku telah dekat?” Jawab
Malaikat Jibril: “Benar, Rasullullah” Kata Rasullullah
saw, “Beritakan kepadaku kemulian yang mengembirakan aku di sisi Allah” Kata Jibril:
“Sesungguhnya pintu-pintu telah dibuka dan para
Malaikat telah berbaris rapi menanti rohmu di langit,
pintu-pintu sorga dibuka dan para bidadari sudah
bersolek semuanya, menanti kehadiran rohmu” Kata
Nabi saw, “Segala puji bagi Allah” dan bertanya pula Rasulullah, “Hai Jibril, berilah berita gembira tentang
umatku di hari kiamat” Kata Jibril, “Saya
beritahukan, bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala telah
berfirman: “Sesungguhnya telah Aku larang semua
Nabi masuk ke dalam sorga sebelum engkau masuk
lebih dahulu dan Aku larang memasukinya semua umat sebelum umatmu masuk terlebih dahulu” Kata Nabi
saw, “Sekarang puas telah hatiku dan hilanglah sudah
susahku” Kemudian beliau berkata pula, “Hai
Malaikat maut, dekatlah kepada ku” Malaikat mautpun
mendekat dan mulai melaksanakan pencabutan roh
beliau dan tatkala sampai di pusat(perut). Nabi bersabda: “Hai Jibril, alangkah ,’pahitnya’, rasa
sakaratul maut itu!” Maka Jibril memalingkan
wajahnya dari pandangan Nabi SAW. Kata Nabi saw,
“Hai Jibril, apakah engkau tidak suka melihat wajah
ku?” Jibril berkata, “Wahai kekasih Allah, siapakah
orangnya yang sampai hati melihat wajah engkau, sedangkan engkau dalam sakaratul maut!” Anas bin
Malik r.a berkata “Tatkala roh Nabi SAW sampai di
dada beliau berseru” Aku berwasiat agar kamu
sekalian memelihara shalat dan apa-apa yang menjadi
tanggunganmu(hamba-hamba sahayamu). Maka masih
saja beliau berwasiat dengan kedua hal itu sampai hilang perkataannya” Ali r.a berkata,
“Sesungguhnya Rasullullah saw, ketika menjelang
ajalnya, telah mengerak-gerakkan kedua bibirnya dua
kali, dan tatkala saya mendekatkan telinga, saya
mendengar beliau mengucapkan dengan perlahan-
lahan:” Umatku, Umatku” Maka Roh Rasullullah saw dicabut tepat pada hari Senin Bulan Rabi’ul
Awwal.
Semoga bermanfaat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar